Mere-Sapi Melenguh
eh maksudnya mengeluh, biar lucu aja sih soalnya sapi kan melenguh.
“Ya sudahlah, jangan banyak ngeluh, jalanin aja,” pungkas seorang teman mengakhiri untaian keluh kesah yang sedari tadi kami bagikan satu sama lain. Mengeluh itu melegakan, bukan? Maksudku, untuk bisa melepaskan kepenatan yang sudah menumpuk sekian waktu kepada orang lain merupakan hal yang melegakan. Kita sebagai manusia butuh melepas beban itu, butuh untuk didengarkan, butuh untuk didukung, dan mengeluh adalah salah satu sarananya. Namun, acap kali kita mendengar ungkapan itu terutama pada kutipan-kutipan motivasional, ‘jangan mengeluh’. Jadi, tak bolehkah kita mengeluh?
Oke, kita berimajinasi sejenak. Sekarang bayangkan dunia di mana tidak ada orang yang pernah mengeluh. Mungkin kita harus mundur ke belakang sedikit, pada masa awal peradaban manusia, ketika banyak hal belum ditemukan. Bayangkan para pekerja pembuat istana yang harus memindahkan bongkahan-bongkahan batu dari gunung ke tengah kota tidak pernah mengeluh akan beratnya pekerjaan mereka. Semua dilakukannya dengan senyum dan senang hati, sampai akhirnya roda tak pernah terpikirkan untuk tercipta karena mereka senang untuk mengangkat batu dan berjalan kaki selama berjam-jam. Atau mungkin, bayangkan tak pernah ada orang yang mengeluh kepanasan sehingga kipas angin tak pernah tercipta. Tak pernah ada yang mengeluh berjalan kaki berhari-hari sehingga mobil tak pernah tercipta. Bayangkan.
Mengeluh adalah cikal bakal inovasi. Manusia bergerak ke arah kemudahan dan kenyamanan, sehingga mengeluh ada pada natur manusia sebagai sebuah indikasi dari ketidaknyamanan. Mengeluh menciptakan sebuah masalah yang harus kita pecahkan solusinya. Dengan mengeluh, para pekerja yang merasa keletihan harus membopong bebatuan dengan jarak yang jauh kemudian berpikir cara yang lebih efektif untuk membawa beban berat dengan jarak yang jauh secara mangkus dan sangkil, kemudian terciptalah roda.
Kemudian mengapa kita tidak boleh mengeluh? Mengeluh menjadi salah ketika kita hanya mengeluh saja, tanpa diakhiri dengan sebuah solusi. Menjadi berbahaya ketika satu-satunya hal yang bisa kita lakukan hanyalah ‘complaining’ atau mengeluh setiap saat. Si pengeluh atau ‘tukang ngeluh’ hanya bisa menggerutu tanpa ada keinginan untuk maju, dan hal tersebut biasanya bisa membawa pengaruh buruk bagi lingkungan sekitarnya. Mengeluh itu hal yang alamiah dan wajar, tetapi menggerutu setiap saat tanpa menyelesaikan masalah itu juga sangat mengganggu. Kita tidak bisa terus-terusan dengan naifnya menyalahkan keadaan atau berteriak bahwa hidup ini tidak adil. Ya, hidup ini memang tidak adil, kemudian apa? Kita tetap perlu menjalani hidup kita bukan? Tetap harus makan untuk bertahan hidup, tetap harus bekerja demi mendapatkan uang, tidak ada yang berubah. Ubahlah keluhanmu menjadi jawaban dengan tindakan yang konkret.
Pada akhirnya, mungkin tak semua keluhan berguna karena tak semua memiliki jawaban yang nyata. Misalnya, kita tidak bisa terus-terusan mengeluhkan soal keadaan atau di mana kita lahir, karena kita tidak bisa memilih bagaimana kita terlahir. Menggerutui hal tersebut setiap saat adalah hal yang bodoh. Namun, bukan berarti tak ada yang bisa kita perbuat. Mungkin kita bisa membuat masa depan yang lebih baik untuk generasi yang akan datang dengan membuat keadaan hidup yang lebih baik sehingga mereka tidak perlu terlahir dalam keadaan yang ‘tidak adil’. Ya, bukan berarti mengentaskan kemiskinan menjadi tanggung jawab kita semua, tapi poin saya adalah marilah menindak lanjuti keluhanmu menjadi sebuah aksi, sebuah jawaban yang akhirnya bisa menjawab keluhanmu. Keluhan yang terus saja dibiarkan sebagai keluhan sama saja kosong.
Salah satu hal yang saya pelajari dalam hidup ini adalah ada kalanya kita kita harus menerima realita kita masing-masing. Accept your reality dan berdamailah dengan keadaanmu. Seperti yang sudah diutarakan, tak semua keluhan itu pada akhirnya berguna dan menggerutuinya setiap waktu hanyalah membuang-buang waktu. Berdamailah dengan hal-hal yang tidak bisa kita ubah dan percayalah banyak hal akan terasa lebih baik. Mengeluhlah secukupnya, sesuai porsinya, dan selanjutnya teruslah bergerak maju. Keep moving forward!
Saya percaya hidup ini butuh sebuah keseimbangan. Bukan berarti semuanya menjadi sama rata, tetapi semua seimbang bergerak sesuai bagiannya masing-masing. Kita butuh mengeluh, tetapi hanya selalu mengeluh juga bukan hal yang baik. Sesekali, mungkin kita letih, penat, atau bahkan muak dengan apa yang harus kita hadapi sehari-hari. Berhentilah sejenak dan biarkan akal sehatmu kembali agar kita tetap bisa terus maju. Mengeluhlah dan pikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk membuat hidup kita menjadi lebih baik, untuk bisa mencapai apa yang kita impikan. Namun, sementara itu belum tercapai, teruslah berusaha, terus bergerak maju karena menyerah tak akan membuat kita lebih dekat dengan tujuan kita. Seperti yang Dory selalu katakan, “Just keep swimming, just keep swimming!”
Jadi, mengeluhlah ketika kamu ingin mengeluh, berdamailah dengan keadaan yang tidak atau belum bisa kamu ubah, dan teruslah bergerak untuk menemukan jawaban nyata dari keluhanmu. Jangan takut untuk mengeluh dan jangan takut untuk melakukan hal yang mesti dilakukan. Hidup terlalu singkat untuk selalu merana dan menyesali hal-hal yang sudah lalu. Tataplah masa depan dan ciptakan semesta yang lebih baik dari hari ini.
Ya sudahlah sekian dulu, saya harus kembali bekerja karena tulisan ini ditulis di tengah-tengah prokrastinasi saat jam kerja. Hadeh, capek…